PROSES PENELITIAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
Dosen Pengampu :
Angga Hidayat
NIDN : 0426108802
Disusun
oleh :
ANIS KUNCAHYANI 2013120984
DESI RAHMAWATI 2013121227
LARAS WATI 2013121297
NUR FATIROH 2013120226
SUSMI YATI
2013122805
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat tuhan
yang maha esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ proses penelitian” . Dan kami
juga berterimakasih kepada Bapak Angga Hidayat selaku dosen mata kuliah
metodologi penelitian bisnis yang telah memberikan tugas ini kepada kami .
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai proses penelitian, kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat yang akan datang, mingingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membancanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Pamulang,
November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN iii
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan 2
D.
Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Kebutuhan akan
angka teoritis 3
2.2.Variabel 3
2.2.1. Jenis Variabel 4
2.2.2. Variabel Moderator 5
2.2.3. Perbedaan Variabel Bebas dan
Moderator 5
2.2.4. Variabel
Antara 5
2.3 Kerangka Teoritis 6
2.3.1. Komponen Kerangka Teoritis 7
2.3.2. Kerangka Teoritis untuk Contoh
5.13 7
2.4 Penyusunan
Hipotesis 10
2.4.1. Definisi Hipotesis 10
2.4.2. Pernyataan Hipotesis : Format 11
2.4.3. Hipotesis Direksional & Non
Direksional 11
2.4.4. Hipotesis Nol & Alternatif 12
2.5. Pengujian Hipotesis dengan penelitian
Kualitatif 14
2.6. Keuntungan Manajemen 15
BAB III KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah mempelajari proses penelitian yang merupakan
kegiatan mengumpulkan data, mengolah, menyajikan dan meneliti suatu data atau
peristiwa. Selanjutnya akan mempelajari uji hipotesis yang merupakan
suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu
yang telah terjadi atau akan terjadi.
Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. Peneliti bukannya
bertahan kepada hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk
mendukung atau justru menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan di
uji kebenarannya melalui penelitian yang di lakukan (Kuncoro, 2003:47).
Sementara menurut sekaran
Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua
atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan
dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelatian. Dengan menguji
hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat
ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Hipotesis merupakan hasil
penelitian seorang peneliti dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kebutuhan akan kerangka teoritis
?
2.
Apa yang dimaksud pengertian variabel ?
3.
Apa yang dimaksud dengan kerangka teoritis ?
4.
Bagaimana cara penyusunan Hipotesis ?
5.
Bagaimana pengujian hipotesis ?
6.
Apa keuntungan manajerial ?
C. Tujuan
1.
Tujuan umum
Makalah ini bertujuan untuk
memberi informasi mengenai uji hipotesis
2.
Tujuan khusus
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi nilai tugas kelompok dengan mata kuliah metodologi penelitian.
D. Manfaat
Makalah ini di buat sebagai gambaran untuk para
mahasiswa/i agar dapat menerapkan uji hipotesis dalam suatu proses penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUTUHAN
AKAN KERANGKA TEORITIS
Kerangka teoritis membahas saling ketergantungan
antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi yang sedang
di teliti. Teori itu sendiri adalah sebuah kumpulan proposisi umum yang saling
berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa
variabel yang diobservasi. Formulasi teori adalah upaya untuk mengintegrasikan
semua informasi secara logis sehingga alasan atas masalah yang diteliti dapat
dikonseptualisasikan dan diuji (Sekaran, 2000: 29-30).
Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu
karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang
diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi.
Teori secara definitive, harus berlandaskan atas fakta empiris karena tujuan
utamanya adalah menjelaskan dan memprediksi kenyataan atau realitas. Kalau
teori tidak sesuai dengan kenyataannya barangkali karena upaya generalisasi. Suatu
penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti
dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.
Dari kerangka
teoritis bisa disusun hipotesis yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori
yang dirumuskan valid atau tidak. Penyusunan kerangka teoritis yang baik adalah
hal utama untuk mendalami masalah yang sedang diteliti. Kerangka teoritis memberikan dasar konseptual bagi
penelitian. Konsep itu sendiri adalah sejumlah pengertian atau
karakteristik, yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan
perilaku tertentu. Dengan kata lain, konsep adalah pendapat abstrak yang
digeneralisasi dari fakta tertentu (Davis & Cosenza, 1993: 25). Konsep amat
menentukan karena sukses suatu riset tergantung dari:
·
Seberapa jelas
kita mengkonseptualaisasikan sesuatu
·
Seberapa jauh
orang lain dapat memahami konsep yang kita pergunakan.
Karena kerangka teoretis tidak lain adalah mengidentifikasi jaringan hubungan antarvariabel yang
dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting
untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada.
2.2
VARIABEL
Banyak para ahli mengemukakan mengenai Variabel,
diantaranya Sekaran
(2007:4) yang berpendapat bahwa variabel adalah apa pun yang dapat membedakan
atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk
objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang
yang berbeda. Adapun Suryabrata (1995) memahami arti variabel sebagai
segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula
variable penelitian itu dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti. Sedangkan
menurut Kuncoro (2003:41)
Variabel berarti sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat
berbeda pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda.
Jadi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi
objek penelitian atau pengamatan dengan menggunakan objek yang sama atau pada
waktu yang sama akan tetapi menghasilkan variasi nilai yang berbeda.
2.2.1 JENIS VARIABEL
Menurut Sekaran (2007:116)
variabel utama itu terdiri dari empat jenis, yaitu:
1.
Variabel
Terikat (dependent variable)
Merupakan
variable yang menjadi perhataian utama peneliti.
2.
Variabel
Bebas (independent variable)
Adalah
variable yang memengaruhi variable terikat entah secara positif maupun negatif.
3.
Variabel
Moderator (moderating variable)
Adalah variable yang mempunyai pengaruh
ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variable
terikat dan variable bebas.
4.
Variabel
Antara (intervening variable)
Adalah variabel
yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja memengaruhi variabel
terikat dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat.
Sedangkan
Muhamad Idrus (2002) membagi tujuh jenis variabel, diantaranya:
1.
Variabel
Bebas (variable independent)
Adalah variable yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam konsep variabel bebas ditemukan bahwa variabel ini menjadi sebab
hadirnya atau timbulnya variabel lain.
2.
Variable
Terikat (variable dependent)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
variabel bebas.
3.
Variabel
Moderator (moderating variable)
Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
4.
Variabel
Antara (variable intervening)
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, tetapi tidak dapat dilihat, diukur,
dimanipulasi, dan dampak dampaknya harus disimpulkan berdasarkan dampak
variable independent dan moderator terhadap fenomena yang diamati.
5.
Variable
Control
Adalah variabel yang sengaja ditetapkan oleh peneliti jika ingin
melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan.
6.
Variable
Laten
Merupakan konstruk teoritis atau hipotesis utama yang tidak dapat diukur
secara langsung, untuk itu pengukuran variabel laten dapat dilakuakan melaui
variabel indikator atau juga dikenal dengan nama variabel observasi, yang
sebenarnya merupakan manifestasi konstruk variabel laten.
7.
Variable
Terukur (observed/measured variable)
Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui
penelitian lapangan, misalnya melaui instrument-instrumen.
VARIABEL
TERIKAT
Variabel
terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti
adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan varibialitasnya, atau
memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama
yang menjadi factor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis terhadap
variabel terikat (yaitu menemukan variabel yang mempengaruhinya), adalah
mungkin untu menemukan jawaban atau solusi atas masalah. Untuk tujuan tersebut,
peneliti akantertarik untuk menguantifikasi dan mengukur variabel terikat, sama
seperti variabel lain yang mempengaruhi variabel tersebut.
VARIABEL BEBAS
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif
atau negatife. Yaitu, jika terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir
dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan
atau penurunan dalam veriabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel
terikat ditentukan oleh variabel bebas. Untuk membangun hubungan sebab-akibat,
variabel bebas dimanipulasi (manipulated) sebagaimana dijelaskan dalam
Bab 7 mengenai Desain Eksperimen.
2.2.2 VARIABEL MODERATOR
Mengenai definisi variabel moderator, banyak
para ahli yang mendefinisikannya, diantaranya Supardi (2005) yang mendefinisikan variabel
moderator adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen
tersebut tetapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama.
Adapun
Sekaran (2007:119)
mengemukakan
bahwa variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi pengaruh
ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variabel terikat dan variabel bebas. Yaitu kehadiran varibel ketiga
(variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan terikat. Sedangkan
Idrus (2002:79)
berpendapat bahwa variabel
moderator adalah
variabel yang memengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
Moderator adalah variabel yang saling berkaitan atau berhubungan antara
variabel terikat dengan variabel bebas , yang mana keduanya dipengaruhi oleh
variabel moderat , akan tetapi tidak dianggap mempunyai pengaruh utama terhadap
variabel terikat dan variabel bebas.
2.2.3 Perbedaan Variabel Bebas dan Variabel
Moderator
Variabel bebas membantu kita dalam
menjelaskan varian dalam variabel terikat, variabel bebas muncul pada temporal/waktu
sebagai fungsi dari variabel bebas, yang sekaligus membantu kita dalam
mengkonsepsi hubungan antara variabel
terikat dan variabel bebas; variabel moderator memiliki contingen effect pada hubungan antar variabel. Dengan kata lain
, ketika variabel bebas menjelaskan
varian pada variabel terikat, variabel antara tidak ditambahkan pada
varian yang telah dijelaskan oleh variabel terikat, sedangkan variabel moderator
memiliki efek timbal balik dengan variabel bebas dalam menjelaskan varian. Oleh
karna itu, jika tidak ada variabel moderator maka hubungan antara variabel
bebas dengan variabel antara tidak pernah ada.
2.2.4
Variabel Antara (intervening variable)
Variabel
antara menurut Prasetyo (2005:68)
adalah yang memiliki kedudukan sebagai variabel yang berada diantara variabel
bebas dan variabel terikat. Sedangkan Kuncoro (2003:42)
berpendapat bahwa variabel antara
adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang di amati tetapi
tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat
disimpulkan berdasarkan dampak variabel independen dan moderating terhadap
fenomena yang di hadapi.
Adapun
menurut Sekaran (2007:124)
variabel
antara adalah variabel yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja memengaruhi variabel terikat, dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat. Dengan demikian terdapat
kualitas temporal atau dimensi waktu pada variabel antara . Variabel antara
mengemuka sebagai sebuah fungsi variabel bebas yang berlaku dalam situasi apapun,
serta membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel antara merupakan variabel yang paling dominan
dalam mempengaruhi variabel terikat dan variabel bebas terhadap situasi yang
diamati, serta dapat membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
2.3 KERANGKA TEORETIS
Kerangka teoretis
merupakan fondasi di mana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka
teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara
logis antarvariabel melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survey literature.
Hubungan
antara survey literatur dan kerangka teoritis adalah bahwa yang pertama
menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun terakhir. Yaitu, survey literature
mengidentifikasi variabel yang mungkin penting, sebagaimana ditentukan oleh
temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut, sebagai tambahan untuk hubungan
logis lainnya yang dapat dikonsepkan, membentuk dasar untuk model teoritis.
Kerangaka teoritis mengelaborasi hubungan antarvariabel, menjelaskan teori yang
menggarisbawahi relasi tersbut, dan menjelaskan sifat dan arah hubungan.
Sebagaimana survey literature memberikan panggung untuk kerangka teoritis yang
baik, hal tersebut pada gilirannya menyediakan dasar yang logis untuk menyusun
hipotesis yang dapt diuji. ( Sekaran
2007:127)
Sedangkan
menurut Kuncoro (2003:44)
kerangka teoretis adalah pondasi utama dimana sepenuhnya
proyek penelitian itu di tujukan.
Hal
ini merupakan jaringan hubungan antarvariabel yang secara logis diterangkan,
dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi
melalui proses wawancara , observasi , dan survey literature. Hubungan antara
survey literature dan kerangka teoritis adalah survey literatur meletakan
pondasi yang kuat untuk membangun kerangka teoretis.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa kerangka teoritis adalah suatu hal yang pokok dalam
proyek penelitian yang mencakup seluruh proyek yang didasarkan, melalui
berbagai proses dan dapat diuji kebenarannya.
2.3.1
Komponen Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan
menamakan variabel-variabel
penting dalam situasi yang relevan dengan definisi masalah. Hal mendasar yang harus diperhatikan dalam
kerangka teoritis ( Sekaran 2007: 129) :
1. Variabel yang dianggap relevan untuk studi harus
diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan.
2. Pembahasan
harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain.
3. Bila
sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan
akan positif atau negatif.
4. Harus
ada penjelasan yang gambling mengenai mengapa kita memperkirakan hubungan
tersebut berlaku.
5. Suatu
diagram skematis kerangka teoritis harus diberikan agar pembaca dapat melihat
dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.
2.3.2
Kerangka
Teoritis untuk Contoh 5.13
Deregulasi
Penerbangan telah menimbulkan perang harga antar perusahaan penerbangan. Banyak
perusahaan penerbangan yang memotong biaya melalui berbagai cara untuk
menurunkan harga . menurut laporan , delta air lines telah gagal menjaga
keselamatan terbang yang mengakibatkan kecelakaan dengan sedikitnya 137 orang
tewas pada tahun 1987. Empat faktor penting yang mempengaruhi kecelakaan
tersebut adalah komunkasi yang tidak baik antara anggota kokpit sendiri,
kurangnya kordinasi antara pengawas darat
dengan kru kokpit, kurangnya pelatihan yang diberikan kepada kru kokpit
, dan filosofi manajemen yang mendorong struktur yang terdesentralisasi. akan
sangat membantu untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan keselamatan selanjutnya.
Dapat kami tarik
kesimpulan dari contoh di atas .
Sebelum memberi
contoh untuk kerangka teoritsi maka akan di jelaskan sedikit tentang variabel
terikat. Variabel terikat adalah pelanggaran keamanan yang merupakan variabel
minat utama, dimana varians dicoba di jelaskan dengan empat variabel bebas yang
berkaitan dengan contoh yang akan di jelaskan. Empat variabel tersebut yaitu :
1.
Komunikasi antar anggota kru
2. Komunikasi anatara
petugas kontrol yang di bandara dengan kru kopit
3. Pelatihan yang di
terima oleh kru kopit
4. Desentralisasi
Diantara 4 variabel
diatas memiliki hubungan yang saling terikat, jikat salah satunya tidak
melengkapi maka dalam pelaksanaan kerja tidak akan lancar dan sempurna, atau akan
lebih banyak kecelakaan kerja.
Untuk contoh ke
empat variabel tersebut adalah :
1. Komunikasi antar
anggota kru
Suatu penerbangan yang di lakukan oleh delta airlines
pada tahun 1987, telah terjadi kecelakaan sebanyak 137 orang penumpang tewas di
sebabkan kurangnya komunikasi yang tidak baik antara anggota kokpit sendiri.
2. Komunikasi antara
petugas kontrol ya ng di bandara dangan kru kopit
Selain antar anggota kru tenyata pengawasan dari pihak
bandara/darat dengan krukopid juga
sangat penting, karena tugas kru yang di bandara adalah mengawasi laju pesawat
dan komunikasi pilot, jika itu semua tidak di jalankan maka akan banyak sekali
kecelakaan.
3. Pelatihan yang ndi
terima oleh kru kopit
Sebelum kru kopit menjalankan tugas nya maka kru kopit
wajib dilatih, jika kru kopit tidak melakukan pelatihan maka akan semakin besar
kecelakaan yang akan terjadi, akan semakin banyak tabrak menabrak.
4.
Desentralisasi
Filosofi management yang mendorong struktur yang
terdesentralisasi.
Inti dari contoh tersebut adalah semakin sedikit
komunikasi dan pelatihan yang di berikan kru kopit maupun kru yang di bandara
maka akan terjadi nya kecelakaan dan pelanggaran keselamatan penerbangan,
Diagram skematis
( Sekaran 2007:132) untuk kerangka teoretis dalam contoh 5.13
2.4
PENYUSUNAN
HIPOTESIS
Setelah
mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi/fenomena dan menetapkan
hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis , kita
telah berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan
benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut
ssecarailmiah melalui analisis statistic yang tepat, atau melalui analisis
kasus negative (negative case) kita akan memperoleh informasi terpercaya mengenai jenis hubungan yang eksis diantara variabel yang berlaku
dalam situasi masalah. Hasil pengujian tersebut member kita beberapa solusi
mengenai apa yang dapat diubah dalam
situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan pernyataan yang
dapat diuji disebut Penyusunan Hipotesis
2.4.1
Definis Hipotesis
Hipotesis
menurut Sekaran (2007:135)
adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih
variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Dapat diuji
, hipotesis yang dinyatakan dengan formulasi yang baik akan dapat diuji melalui
uji Hipotesis , berdasarkan data yang dikumpulkan, dapat dilakukan uji hipotesis sehingga dapat diketahui apakah
hipotesis yang telah disusun dapat
diterima atau ditolak ( Kuncoro 2003:49 )
Menurut
Kuncoro hipotesis (2003:47)
adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Sedangkan
menurut Supardi hipotesis
(2005)
adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu
penelitian.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah suatu
jawaban sementara yang logis tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu
yang bersifat dugaan, dimana pernyataan tersebut dapat diuji kebenarannya berdasarkan
data yang telah dikumpulkan.
2.4.2 Pernyataan
Hipotesis : Format
Pernyataan Jika-Maka (If-Then
Statement)
Hipotesis
dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok (atau beberapa
kelompok) yang terkait dengan variabel. Untuk menguji apakah hubungan atau
perbedaan yang diperkirakan tersebut eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun
sebagai proporsi atau dalam bentuk pernyataan jika-maka (if-then statement). Dua contoh format tersebut :
v Karyawan
yang lebih sehat akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
v Jika
karyawan lebih sehat, maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit.
2.4.3 Hipotesis Direksional dan Nondireksional
Hipotesis Direksional menurut Sekaran (2007:137) adalah jika , dalam menyatakan hubungan antara dua
variabel atau membandingkan dua kelompok, istilah-istilah seperti positif, nagatif, lebih dari, kurang dari,
dan semacamnya digunakan.
Contoh :
o Semakin besar stres yang dialami dalam pekerjaan,
semakin rendah kepuasan kerja karyawan.
o Wanita lebih bermotivasi dibanding pria
Hipotesis nondireksional adalah
hipotesis yang mendalilkan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan
indikasi mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut.
Dengan kata lain, meskipun mungkin
diperkirakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara dua variabel,
kita tidak dapat mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif atau negatif.
Contoh :
Ada hubungan antara usia
dan kepuasan kerja.
Demikian pula, bahkan jika kita dapat
memperkirakan bahwa terdapat perbedaan antara dua kelompok pada satu variabel
tertentu, dan mana yang kurang pada variabel tersebut. Contoh : Terdapat perbedaan antar nilai etika kerja
karyawan Amerika dan Asia.
Jika peneliti hanya dapat membuat
hipotesis bahwa ada hubungan yang signifikan, tetapi arahnya mungkin belum
jelas, hipotesis dapat dinyatakan secara nondireksional. Sedangkan jika arah
hubungan diketahui, adalah lebih baik untuk menyusun hipotesis direksional
untuk alasan
yang akan menjadi jelas.
2.4.4 Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis
Nol menurut Supardi (2005) merupakan
pernyataan untuk menguji secara analisis kuantitatif dengan perhitungan secara
statistik.
Menurut Sekaran
(2007:138) Hipotesis Nol (hipotesis nihil atau null
hypoteses) adalah proporsi yang menyatakan hubungan yang definitif dan
tepat diantara dua variabel. Yaitu
hipotesis ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah
sama dengan nol atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hiting) dua kelompok
dalam populasi adalah sama dengan nol (atau suatu angka tertentu). Secara umum,
pernyataan nol diungkapkan sebagai tidak ada hubungan (signifikan) antara dua
variabel atau tidak ada perbedaan anatara dua kelompok.
Hipotesis Alternatif adalah pernyataan yang mengungkapkan
hubungan antara dua variabel atau menunjukan perbedaan antara kelompok.
Dapat di kebalikan dari hipotesis noll yang di lambangkan
dengan Ha atau H1.
Hipotesis Nol dirumuskan agar dapat diuji untuk
penolakan yang mungkin. Jika kita menolak hipotesis nol, maka semua hipotesis
alternatif yang diperbolehkan, berkaitan dengan simpulkan dari pendapat
tersebut hipotesis alternatif adalah hipotesis yang merupakan hubungan tertentu
yang diuji, dapat diterima. Adalah teori yang memungkinkan kita menaruh
keyakinan dalam hipotesis alternatif yang dihasilkan dalam investigasi
penelitian tertentu.
Setelah merumuskan
hipotesis nol dan alternatif, uji statistik yang tepat (uij t, uji F) pun
kemudian dapat diterapkan, yang akan menunjukan apakah hipotesis alternatif
diterima atau tidak yaitu, bahwa ada perbedaan signifikan anatarkelompok atau
bahwa terdapat hubungan signifikan di antara variabel, sebagaimana dinyatakan
dalam hipotesis.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengujian hipotesis (Sekaran
2007:141)
1. Menyatakan
hipotesis nol dan alternatif
2. Memilih uji
statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpulkan adalah parametrik
atau nonparametrik
3. Menentukan tingkat
signifikan yang diinginkan ( p =
0.05, atau lebih, atau kurang )
5. Jika nilai hitung (resultant value) lebih besar daripada
nilai kritis (critical value),
hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima. Jika nilai hitung lebih kecil
daripada nilai kritis, hipotesis nol diterima dan alternatif ditolak.
Dalam membuat dan
menguji hipotesis dapat dilakukan dengan cara deduksi dan induksi. Dalam
deduksi, model teoritis adalah yang pertama disusun, kemudian hipotesis
dirumuskan, dikumpulkan, dan akhirnya diuji. Dalam proses induktif, hipoetsis
yang baru dirumuskan berdasarkan apa yang diketahui dari data yang telah
diperoleh, untuk kemudian diuji.
2.5 Pengujian
Hipotesis dengan penelitian Kualitatif : Analisis Kasus Negatif
Seorang peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis juga dapat disimpulkan dengan uji data kualitatif.
Contoh dalam pengujian
kualitatif
analisis kasus negatif adalah sebagai berikut:
Hipotesis kualitatif negatif muncul saat seorang
peneliti merasa
tidak percaya diri akan benar tidaknya penelitian yang dia buat, itu di
karenakan adanya hambatan dari beberapa pihak misalnya
( Sekaran 2007:143)
1. Dari segi materi
yaitu membutuhkan dana yang besar untuk melakukan observasi
2. Kurangnya sumber
yang di peroleh sehingga peneliti putus asa dalam melakukan observasi
3. Tidak adanya objek
yang akan di deliti
2.6 Keuntungan Manajerial
Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa
kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan manajer untuk
menjadi hakim yang cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh
konsultan.
Demikian pula, pengetahuan mengenai arti
signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
membantu manajer untuk bertahan dalam, atau berhenti dari dugaannya yang,
walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika
pengetahuan semacam tersebut tidak dimiliki, banyak temuan penelitian tidak
akan terlalu berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan memunculkan
kebingungan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut kerangka teoritis memberikan dasar konseptual
bagi peneliti, mengetahui jenis – jenis variabel. Membahas bagaimana kerangka
teoritis disusun dan bagaimana hipotesis yang dapat di uji di hasilkan. Kita
melihat contoh dimana variabel yang sama bisa menjadi variabel bebas, terikat,
moderator, atau antara, tergantung pada situasi. Kita juga mempelajari kapankah
hipotesis nol di terima atau di tolak, berdasarkan apakah hasil pengujian
hipotesis memenuhi uji signifikansi atau tidak. Selain tersebut, kita juga
secara singkat membahas uji untuk validasi dalam penelitian kualitatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajat Ph.d 2003. Metode
Riset untuk Bisnis Ekonomi.
Jogjakarta: Erlangga
Prasetyo, Bambang. 2010. Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods
For Business. Jakarta: Salemba Empat
Supardi. 2005. Metodologi penelitian
Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: UII Press
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi
penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar